Miriiis banget baca postingan yang satu ini :( berhubung tugasnya gak Cuma satu sekalian aja dehh saya posting tentang putus sekolah…dan haa mencengangkan sekaleeeh huhu
Nasib Anak Putus Sekolah
GEGAP gempita
demokratisasi dalam berbagai pilkada di Indonesia tidak boleh melupakan
tingginya angka kemiskinan dan angka putus sekolah di kalangan masyarakat
bawah. Demokrasi hanya akan berarti, jika tidak ada lagi angka putus sekolah
dari SD sampai SLTA akibat kemiskinan dan keterbelakangan.
Hanya dengan generasi
penerus yang terdidik dan cerdas serta bermoral, maka hari depan bangsa bisa
dibayangkan titik terangnya. Namun pendidikan di Indonesia semakin lama semakin
mahal. Program pendidikan gratis yang diterapkan pemerintah pun masih dianggap
belum efektif dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Sehingga wajar bila
banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa putus sekolah akibat masalah dana.
Sebanyak 8 juta siswa SD sampai SLTP di seluruh Indonesia terancam putus
sekolah. Jumlah tersebut setara 20% hingga 40% siswa SD-SMP saat ini, yaitu
sekitar 40 juta siswa.
Fakta 8 juta siswa
yang terancam putus sekolah ini disampaikan oleh A Piet Simandjuntak,
Sekretaris Pengurus Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GN-OTA). Tingginya angka
anak-anak yang putus sekolah ini, ditengarai menjadi pangkal dari banyaknya
kasus eksploitasi anak di bawah umur, perdagangan anak (trafficking), dan
narkoba.
GN-OTA didirikan atas
inisiatif pemerintah pada 29 Mei 1996 yang diawali dengan kepedulian akan
tuntasnya program Wajib Belajar 6 tahun. Saat ini program wajib belajar telah
ditingkatkan menjadi Wajib Belajar 9 tahun, yaitu dari SD sampai SLTP.
Kita sangat prihatin
terhadap tingginya angka putus sekolah akibat kemiskinan itu. Sudah semestinya
pemerintah maupun kaum kaya di Indonesia perduli dan berkomitmen membantu
mengatasi masalah tersebut.
Memang sejumlah
perusahaan telah menunjukkan kepeduliannya. GN-OTA misalnya baru-baru ini
menerima bantuan sebesar Rp 100 juta dari PT Tirta Citra Nusantara. Angka itu
jelas jauh dari cukup, meski diharapkan dapat membantu biaya pendidikan seribu
siswa seluruh Indonesia.
Kita mengimbau kaum
kaya dan pengusaha untuk memberikan sumbangan bagi GN-OTA agar menjadi bentuk
kepedulian terhadap masalah sosial dan pendidikan di Indonesia. Jika angka
putus sekolah SD sampai SMA bisa diatasi, masa depan generasi mendatang sudah
pasti akan lebih baik dibandingkan masa lalu yang ditandai dengan tingginya
angka putus sekolah itu.
Sudah tentu,
kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan murah atau gratis amat
dinantikan oleh kaum miskin, agar kehidupan mereka bisa bebas dari buta
pengetahuan.
Adalah tugas dan
kewajiban negara dan masyarakat secara bersama untuk mencerdaskan bangsa dan
menyelamatkan kaum tak punya dari keterbelakangan. Ini penting agar delapan
juta siswa sekolah tidak putus di tengah jalan.
Sumber: www.inilah.comwww.inilah.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar