Mengumbar
emosi BERBAHAYA!
Ini
Pelajaran untuk ku dan calon ibu lainnya, Hati-hati berucap!
Dalam keseharian ditemukan
panggilan julukan kepada orang-orang tertentu, ini fakta bahkan aku sering
melihat sendiri rentan sekali terjadi pada anak-anak padahal secara Tidak
langsung berkategori kekerasan non fisik.
Si karung, si areng, si tengik, si
bolot, dan “si” lainnya yang bersipat negative sementara lama kelamaan membuat
si anak akan mengidentifikasikan dirinya seperti itu, akan mengsugestikan
dengan karakter itu lalu akhirnya meresap pada konsep diri yang dapat terbawa
hinga ia dewasa pft bahaya banget inilah peran kita supaya berhati-hati dalam
member julukan kepada anak, adik, atau sanak saudara lainnya.
Hukuman pada anak perlu tapi
kiranya perlu di imbangi dan tidak berlebihan, dan hukuman itu bersipat
mendidik imbangkan dengan kesalahan yang dibuatnya. Hukuman yang membuat ia
berhenti melakukan perbuatan itu JANGAN sampai hukuman itu BENTUK PELAMPIASAN
amarah.
Trauma psikologis akibathukamn
kepada sia anak bisa sampai usia 40 tahun, membuat sia anak rendah diri atau
mempunyai rasa balas dendam, bisa jadi hal positif ia tak ingin memukul anaknya
karena gak mau mengulangi kesalahan orang tuanya atau yang berbahaya negatifnya
bisa jadi overprotective pada anaknya.
Memang orang tua akan menanamkan
kedisiplinan pada anaknya tapi terkadang kedisiplinan itu melenceng menjadi
sebuah tekanan, misalnya dalam menentukan pilihan sekolah, seharusnya sebagai
orang tua lebih member bimbingan dan arahan bukan memaksakan kehendak, seperti
halnya ayah saya yang sangat bijak mengajak ku berunding untuk masalah sekolah
:) love my dad ^_^
“Perlakuan terhadap anak-anak hendaknya
kita utamakan apalagi untuk kita calon ibu, hati-hati karena anak-anak bisa
membawa luka jiwa sepanjang hidupnya”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar